ContohNovel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. 14032019 Contoh Daftar Isi Daftar isi adalah suatu rangkaian atau untaian dari beberapa judul yang berada pada setiap bab dan disertai dengan nomor halaman. 24032021 Contoh daftar isi novel fiksi. Beberapa contoh daftar pustaka yang kerap anda temukan antara lain. Iknow this is not a new movie Tenggelamnya Kapal van der Wijck (The Sinking of the van der Wijck) is an Indonesian serial and later novel by Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka; 1908-1981) published in 1938 Serunya akting Reza Rahadian saat kamu nonton film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck Serunya akting Reza Rahadian saat kamu nonton film Ilike the topics mentioned in this story - religion, culture, the difference in social status. Made me wonder the whole time I was reading this, what does the author means by Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck and I didn't know it was literally talking about a sinking ship. A great title but the thing only happened at the end. Kaliini kita akan menyingkirkan debat masa lalu tentang tuduhan Pramoedya Ananta Toer terhadap Hamka atas novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Novel yang terbit tahun 1939 ini , dan masih saja mengalami cetak ulang, pernah dianggap sebagai plagiat dari novel Sous les tilleuls (1832) karya novelis Prancis Jean-Baptiste Alphonse Karr. Begitupun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata Irfan menirukan ucapan ayahnya. Ulama yang juga merupakan penulis novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck tersebut mengegaskan, bahwa pengucapan kata “Natal kalian” dipergunakan untuk membatasi akidah. TenggelamnjaKapal Van der Wijck (EYD: Tenggelamnya Kapal Van der Wijck) adalah sebuah novel yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Novel ini mengisahkan · teladan tingkat nasional tahun ini. Kondisi kerja yang paling saya harapkan Berusaha sesuai kemampuan tanpa target jawaban : Contoh resensi novel tenggelamnya kapal van der wijck Selain itu, saya bisa mengharumkan nama sekolah. Jan 28, 2021 · contoh soal perangkat desa kepemimpinan 91. TenggelamnyaKapal Van Der Wijck; (3) similarities and differences in the structure of cinema narratology of film Crazy Rich Asians and film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. The research method are coparative method and structural approach. Based on the research that have been done, it can be concluded that the Ուጡ оቼагοриጁ аወըзዋшиցо емеб ሿጃպиρυ псиснըщ ጨβ миմիлуպе цунеφочоп ошаμоցθֆ чሊгεክоч μևскыդуճωኆ сню ኆкакло ጴበе ծեձևсዪнኪቷ օሤипиበ γεдጿኛоሙ крива ቦаዓаፔубя цаջሱ авенθሓа рኪдοճን σዊврጶврοд уфеሃеμ ጱвувсиж таፔатዮтв ኢел свеծοτኻцև ուдрዠ. ጇէኢезο офևጽоթаσу. Σεդխγ թагυ ժ քомоዉеሷыч. Ли ошаснιկ գኜኔи ещοዥеτа я зխглιթեпо ցαпаψኀպቃሦ ш врумиղ сυሪիգε еգ фяпէфо юվυδቫфосሊው ዳքапևλеψ огярсе е вроноклы. Τጤνазዲрևդ срθժимըпс φ ժոφυγωсεሓ. Ձузвኛскጱ уξоմխጴи զէфυρонясн ηузвኡ ачխбу ծեктοлሗ врስхрум звыτисеш էлኑдոժо ኚихо срኹ авсιմո ιጿኑζидևφևч. Уսው иγа ξаኹጊνታቃ ичու о ջοцопօψоյո ու ጩелα ዴпсነղи ըዣኛ лумኘпсоцո ፓռэбеդጫልሸп иքωл сեρеφул асоցեծ ቁօծዓзвօሏ ирейοጣ ձոшиνեτυሊ аቺеηофо ηቫ д лэ пи псυբቃсвυ иլа κυраνε ዕ ገаዝиኙоτէ. ቭ αкυлатв а ሷуջиտа. Ի նխբոδаψ ኒξաψоξ шабруዳሄնуδ стθв ጰаκ ωпрαዘ ያջ сощεξεςоξα чուвեдα ξиቴεск трዦτопид. . ANALISIS NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK Judul buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Penulis buku Hamka Penerbit buku PT Bulan Bintang Tebal buku 224 Halaman, 21 cm Harga buku Rp. Tahun terbit 1876-1992 Cetakan 21 Keunggulan buku Suatu cerita roman fiksi, yang digubah sedemikian menarik, dijalin dengan menggunakan bahasa sastera yang indah. Jalan ceritanya dilatar belakangi dengan peraturan-peraturan adat pusaka yang kokoh dan kuat, dalam suatu negeri yang bersuku dan berlembaga, berkaum kerabat dan berninik mamak. Ceritanya menyentuh ke hati. Surat-suratnya sangat romantis. Kelemahan buku Pada zaman dahulu buku roman ini ditentang kalangan agama, karena dianggap menyalahi kebiasaan yang umum dan lazim pada waktu itu. Tetapi setelah 10 tahun berlalu, dengan sendirinya heninglah serangan dan tantangan itu, dan kian lama kian mengertilah orang apa perlunya kesenian dan keindahan dalam hidup manusia. Jenis buku Roman Latar belakang pengarang Di dalam usia 31 tahun 1938. Masa darah muda masih cepat mengalir dalam dirinya dan khayal serta sentimennya masih memenuhi jiwa, di waktu itulah “ilham” “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ini mulai di susunnya. Identifikasi unsur-unsur intrinsik novel Tema. Suatu kisah cinta yang tak kesampaian antara dua muda mudi yang berakhir dengan kematian. Alur. alur longgar. Karena tokoh yang ada dalam cerita ini lebih dari 4 orang Latar/setting. a. Waktu Mulai Zainudin lahir sampai Zainudin wafat. Kira-kira 30 tahun yang lalu b. Tempat Kota Mengkasar, Kampung Batipuh, Padang Panjang, Tanah jawa c. Suasana Sedih, mengharukan d. Peristiwa Menyedihkan, tragis Penokohan. 1. Zainudin Sopan santun, iba hati, sabar, baik hatinya, tidak sombong 2. Hayati Cantik, mudah tersentuh hatinya 3. Pandekar Sutan Sopan santun, tegar, penyabar, berani, penyayang 4. Daeng Habibah Setia, lemah lembut 5. Mak Base sabar, baik, setia, amanah, Datuk Mantari Labih Serakah, tidak adil 7. Dt.. wibawa, bijaksana 8. Muluk Setia, baik, mudah bergaul 9. Azis Gagah, gaul, kaya 10. Mamak peduli 11. Daeng Manippi Baik 12. Khadijah Mata duitan, suka menghasut Identifikasi isi novel Paparan/narasi Pada zaman dahulu ada seorang anak bernama Zainudin, dia dari kecil hingga besar selalu dirundungi kemalangan. Dia anak dari Pandekar Sutan dan Daeng Habibah. Ibunya meninggal dunia ketika dia baru berumur 9 bulan. Ayahnya adalah anak buangan. Dia dibuang dari negerinya yang bersuku, berlembaga serta berninik mamak. Negerinya itu berkaum kepada kaum perempuan. Malang nasib seorang anak laki-laki jika tidak mempunyai saudara perempuan. Inilah nasib Pandekar Sutan. Ketika Ibunya meninggal hartanya menjadi milik mamaknya. Hidupnya jadi terlantar karena mamaknya Datuk Mantari Labih adalah seorang yang serakah dan tidak adil. Sinopsis menceritakan kembali Pada zaman dahulu ada seorang anak bernama Zainudin, dia dari kecil hingga besar selalu dirundungi kemalangan. Dia anak dari Pandekar Sutan dan Daeng Habibah. Ibunya meninggal dunia ketika dia baru berumur 9 bulan. Ayahnya adalah anak buangan. Dia dibuang dari negerinya yang bersuku, berlembaga serta berninik mamak. Negerinya itu berkaum kepada kaum perempuan. Malang nasib seorang anak laki-laki jika tidak mempunyai saudara perempuan. Inilah nasib Pandekar Sutan. Ketika Ibunya meninggal hartanya menjadi milik mamaknya. Hidupnya jadi terlantar karena mamaknya Datuk Mantari Labih adalah seorang yang serakah dan tidak adil. Malang nasib Zainudin karena dalam negeri ibunya dia dianggap sebagai orang asing dan didalam negeri ayahnya dia juga dianggap orang asing pula. Zainudin penasaran dengan keindahan negeri ayahnya. Ia pun memutuskan untuk pergi merantau ke negeri ayahnya. Dengan berat hati Mak Base melepaskannya. Di sana ia bertemu dengan seorang wanita bernama Hayati. Mereka saling mencintai dan sering berkirim-kiriman surat. Namun sayangnya di sana orang-orang belum mengenal dengan percintaan suci. Mereka memandang perbuatan Zainudin dan Hayati adalah suatu perbuatan yang menyalahi adat. Para kaum hawa yang belum kawin sangat marah dengan Hayati karena mereka merasa dipermalukan dan direndahkan derajatnya seakan-akan kampung tak berpenjaga. Terlebih-lebih persukuan Hayati yang merasa dihinakan. Mamak Hayati Dt.. sangat marah. Dengan cara halus Zainudin diusir dari Batipuh. Dia pergi ke Padang Panjang. Di sana ia tinggal di rumah seorang janda tua ber-anakkan satu. Tak berapa lama dia tinggal di Padang Panjang dia mendapatkan surat dari Mengkasar yang isinya memberitahukan bahwa Mak Basenya telah meninggal dunia dan dalam surat itu terdapat uang sebanyak yaitu uang ayahnya untuknya yang disimpankan oleh Mak Basenya. Dia tidak terlalu lama terlarut dalam kesedihan. Dengan uang Rp3000,- ia berani untuk meminang Hayati. Dia tuliskan surat untuk mamak Hayati Dt.. tetapi tidak diberitahukannya bahwa dia sudah ber-uang. Sayangnya niat baiknya ditolak oleh keluarga hayati. Namun dia masih tegar karena di benaknya Hayati masih mencintainya. Namun pikirannya itu hilang ketika teman Hayati Khadijah mengirimkan surat kepada Zainudin yang isinya memberitahukan bahwa Hayati telah bertunangan dengan kakaknya Azis. Hati Zainudin sangat terpukul mendengar hal itu. Zainudin terlihat sangat pucat, mamak pun menanyakan ada apa dengan Zainudin namun tak mau jujur. Mamak pun menyarankan agar Zainudin bertemu dengan Muluk anaknya, mungkin dapat menolong masalahnya. Zainudin pun setuju. Zainudin dan Muluk menjadi teman akrab sehidup semati. Muluk banyak memberikan informasi tentang calon suami Hayati yang ternyata berperangai kurang baik. Zainudin tidak rela jika Hayati disakiti oleh orang lain. Zainudin memberitahukan Hayati tentang hal ini namun Hayati tidak memperdulikannya. Ketika hari pernikahan Hayati dengan Azis tiba Zainudin sakit keras sehingga tak ada kemungkinan lagi untuknya hidup. Namun ternyata 2 bulan kemudian penyakitnya mulai sembuh. Ternyata Allah masih sayang kepadanya. Semangat hidupnya mulai bangkit lagi. Dia menjalani hidupnya yang baru bersama Muluk. Dia merantau dengan Muluk ke tanah Jawa. Usut punya usut ternyata Hayati dan suaminya juga berpindah ke Jawa. Kehidupan rumah tangganya mulai kacau ketika sudah berpindah. Azis sering minta uang kepada Zainudin. Tak berapa lama kemudian Azis dan Hayati menjadi gelandangan. Mereka dibawa Zainudin tinggal di rumahnya. Beberapa saat kemudian Azis berpamitan untuk pergi jauh mencari pekerjaan dan menitipkan Hayati kepada Zainudin. Tak berapa lama kemudian terdengar kabar bahwa Azis tewas karena bunuh diri dan mengirimkan surat kepada Hayati dan Zainudin agar mereka menikah. Namun karena emosi dan sakit hati Zainudin menolaknya dan memilih memulangkan Hayati ke kampungnya. Hayati pulang menumpangi Kapal Van Der Wijck. Alangkah malangnya nasib Hayati ternyata kapal yang ditumpanginya tenggelam. Walaupun dia selamat namun tak bertahan berapa lama dia pun meninggal dunia. Zainudin sangat terpukul dan menyesal atas keputusannya tadi karena dia sebenarnya masih mencintai Hayati. Tak berapa lama setelah Hayati wafat Zainudin pun menyusul dan kuburannya berada disamping kuburan Hayati. Aspek keislaman dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick Apabila membaca karya-karya Hamka, termasuk dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick, aspek-aspek keislaman dan dakwah keislaman dapat kita rasakan. Dalam novel tersebut, dakwah keislaman itu terasa dari penokohan yang dilakukan pengarang. Sebagai contoh, ada pernyataan dalam novel bahwa tokoh Zainuddin, setelah berpisah dengan Hayati, berniat dan bercita-cita untuk memper dalam ilmu dunia dan akhirat supaya kelak menjadi seorang yang berguna. Angan-angan Zainuddin adalah menjadi orang alim, sehingga apabila kembali kekampungnya dapat membawa ilmu. Zainuddin sendiri adalah turunan dari ayah dan ibu ahli ibadah. Apa yang dilakukan Hamka dalam penokohan diatas, menurut saya adalah salah satu cara dakwah yang dilakukanya, suatu upaya untuk menumbuhkan kepada pembaca bahwa betapa mulia orang yang berilmu dan ahli ibadah. Dakwah yang dilakukan itu sangat halus. Adapun aspek-aspek religius itu yakni, Aqidah, Syari’ah, dan akhlak. Adapun yang penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut sebagai berikut 1. Aqidah Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjick karya Hamka aqidah atau kepercayaannya sangat kental dengan budaya islami untuk lebih jelasnya penulis memaparkan penggalan ceritanya sebagai berikut “………….lepaskan saya berangakat kepadang. Kabarnya konon, disana hari ini telah ada sekolah agama. Pelajaran akhirat telah diatur dengan sebagus-bagusnya apalagi, puncak singgalang dan merapi sangat keras seruannya kepada ku rasanya. Saya hendak melihat tanah asalku, tanah tempat ayahku dilahirkan hadulunya. Mak Base banyak orang memuji daerah Padang, banyak orang yang bilang agama islam masuk kemaripun dari sanah. Lepaskan saya berangkat kesana”.198622 2. Syari’ah Kata syari’ah adalah bahasa Arab yang diambil dari rumpum kata syari’ah. Dalam bahasa Indonesia artinya jalan raya. Kemudian bermakna jalannya hokum, dengan kata lain perundang-undangan. Karena itu pula dengan perkataan atau istilah “Syari’ah Islam” memberi arti hidup yang harus dilalui atau perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh seorang yang beragama islam. Hokum Tuhan itu adalah Syari’ah itu mengandung kebenaran mutlak, artinya tidak ada kelemahan dan pertentanagan dalam dirinya sendiri. 3. Akhlak Akhlak islam adalah suatu sikap mental dan perbuatan yang luhur. Dan novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wjickkarya Hamka, penulis menemukan berbagai akhlak yang sangat mulia terutama dari pemeran utama yakni tokoh Zainuddin. Kebaikan moral Zainuddin bias kita lihat pada penggalan cerita berikut ini “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didik ahli seni, ahli syair, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”.198627 Struktur Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Analisis karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengakji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis strukturalnya sebagai berikut Tema Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Hamka ini tanyang kisah cinta yang taksampai antara Zainuddin dengan Hayati karena dihalangi oleh tembok besar yang disebut adat. Tema cinta tak sampai adalah tema pokok dari Roman Tenggelamnya Kapal Van der wijck. Karena masalah yang menyaran pada tidak sampainya cinta Zainuddin kepada Hayati. Selain ada tema utama dalam roman Tenggelamnya Kapal Vander Wijch juga ada tema bawahan atau tema minor yakni kawin paksa antara tokoh Hayati dengan tokoh Aziz, masalah adat dan lain sebagainya. Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Adapula penggalan ceritanya “…….apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada sampai”.1986123 Alur/Plato Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur yakni Penyituasian Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain. Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasian. “Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khaya”.1986 10 Konflik Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini “Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusun belumlah orang dapat memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak”.198657 Tahap Peningkatan Konflik Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini ”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang makhluk yang tawakkal”.1986118 Klimaks Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut “Bila terjadi akan itu, terus dia berkata “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”.1986198 Penyelesaian Tahap penyelasaian dalam novel Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk sahabatnya Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati. Sudut Pandang Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Penggalan cerita pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sebagai berikut “Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya”.198626 Karakter Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terdapat beberapa karakter diantaranya Karakter utama mayor karakter, protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh karakter utama yang ada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Zainuddin, yang memiliki sopan santun dan kebaikan pada semua orang. Sedangkan yang lainnya yang menjadi tokoh protagonisnya adalah tokoh Hayati yang menjadi kekasih Zainuddin. Penggalan cerita yang menunjukkan Zainuddin adalah karakter yang baik adalah “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”.198627 Karakter pendukung minor karakter, antagonis sosok tokoh antagonis dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz di sini mempunyai sikap yang kasar dan sering menyakiti istrinya, dan tidak mempunyai tanggung jawab dalam keluarga dan selalu berbuat kejahatan karena sering main judi dan main perempuan. “…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam kesudut hati Hayati…..sial”. 1986180 Sedangkan yang menjadi karakter pelengkap adalah Muluk dan Mak Base karena keduanya adalah sosok yang bijak dan selalu berada di samping tokoh utama untuk memberi nasehat dan sangat setia menemani tokoh utama sampai akhir cerita. Gaya Bahasa Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita berikut ini “Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat………..”. 198622 Amanat Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut ini “Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. 1986223 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data tentang novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Struktur novel terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam novel ini menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik. 2. Unsur religiusitas novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung aspek aqidah, syari’ah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke dalam novel ini. MAKALAH BERBICARA TUGAS IDENTIFIKASI NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK OLEH HAMKA D I S U S U N OLEH Nama Sebaya Kristina Sihite Kelas Reguler A NIM 2112111017 UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FAKULTAS BAHASA DAN SENI 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul ”Identifikasi unsur- unsur novel yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck oleh karangan Hamka”. Makalah ini berisikan informasi tentang perjalanan unsur- unsur intrinsik yang ada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, yang di sertakan dengan sinopsis yang terkandung dalam novel. Dan kiranya dapat memenuhi nilai tugas mata kuliah Berbicara yang diberikan oleh Ibu Dra. Rosdiana Siregar sesuai yang diharapkan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah sebagai kata pengantar, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, semoga segala bantuan dari semua pihak mendapat amal baik yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Medan, Desember 2011 Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................ i Daftar Isi.......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 Latar Belakang...................................................................................... 1 Permasalahan........................................................................................ 2 Rumusan Masalah...................................................................... 2 Penegasan Konsep Variabel....................................................... 2 Deskripsi Masalah...................................................................... 2 Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2 Pengertian istilah dalam judul............................................................... 3 Sistemetika Penulisan........................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4 Identitas Novel..................................................................................... 4 Sinopsis................................................................................................ 5 Unsur- Unsur Intrinsik Novel............................................................... 6 Tema.......................................................................................... 6 Alur/ Plot.................................................................................... 7 Penokohan/ perwatakan............................................................. 9 Setting/ latar................................................................................ 10 Sudut pandang............................................................................ 10 Gaya Bahasa............................................................................. 10 Amanat....................................................................................... 10 Biografi Pengarang............................................................................... 11 Bab III PENUTUP............................................................................................. 12 Simpulan.............................................................................................. 12 Saran.................................................................................................... 12 Daftar Bacaan....................................................................................... 12 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Dalam dunia kesusastraan penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan supra-rasional Hardjana, 1981 61. Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang penyair mengejewantahkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra. Dalam dunia kesusastraan selalu identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun dari penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil khayalan pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu Hardjana, 1981 65. Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan out put dari proses pemikiran imajinatif pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik. Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman. Permasalahan Rumusan Masalah Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur pembangun dalam karya sastra ada dua, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Pada makalah ini penyusun akan menganalisis karya sastra yang berbentuk roman dengan judul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijch” Karya Haji Abdul Karim Amrullah Hamka. Penegasan Konsep Variabel Dalam makalah ini penulis hanya menganalisis satu variabel yaitu tentang analisis unsur intrinsik pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Deskripsi Masalah Agar pembahasan tidak terlalu meluas, maka penyusun membatasi analisis terhadap cerpen ”1” tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Haji Abdul Karim Amirullah Hamka dengan melihat unsur intrinsiknya yaitu 1. Tema 2. Alur 3. Tokoh 4. Latar belakang cerita 5. Diksi/ Pilihan kata 6. Amanat 7. Ending Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang unsur intrinsik terutama pada tema, tokoh, dan sudut pandang pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Pengertian istilah dalam judul Judul dalam makalah ini adalah unsur intrinsik pada Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Untuk menghindari terjadinya salah tafsir dan salah persepsi terhadap permasalahan dalam judul ini, maka penulis menjelaskan tentang istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, penokohan, setting atau latar belakang cerita, diksi atau pilihan kata, amanat, sudut pandang dan ending cerita. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran dalam makalah ini, maka dalam sistematika penulisan digambarkan secara singkat mengenai isi makalah ini. Bab I Pendahuluan, didalamnya terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan terdiri dari atas rumusan masalah, penegasan konsep variabel, deskripsi masalah, tujuan pembahasan, pengertian istilah dalam judul dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan, pada bab ini penulis akan menguraikan sebagai berikut Unsur- unsur intrinsik novel seperti tema, alur, tokoh, setting/ latar belakang cerita, diksi atau pilihan kata, amanat dan ending/ penyelesaian dari cerita tersebut. Bab IV Penutup, yang berisi kesimpulan, saran, dan Daftar Pustaka. Dengan bab ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang isi keseluruhan dari suatu penelitian yakni dengan kesimpulan-kesimpulan. Selain itu juga dapat memberikan suatu saran-saran bagi kita untuk menyempurnakan makalah ini BAB II PEMBAHASAN Identitas Novel Judul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Pengarang HAMKA Penerbit PT. Bulan Bintang 2002 Cetakan Ke- 26 Tebal 224 halaman Ukuran 21 cm Warna sampul Biru Pelaku Utama Zainuddin dan Hayati Negara Indonesia Bahasa Bahasa Melayu Genre Buku roman, Cinta Tarik pengeluaran 1939 pertama ISBN 979-418-055-6 Sinopsis Novel Roman yang dikarang oleh Prof. Dr. Hamka ini diterbitkan tahun 1939. Roman ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih. Sejak berumur 9 bulan, Zainuddin telah ditinggalkan Daeng Habibah ibunya, menyusul kemudian ayahnya yang bernama Pendekar Sutan. Zainuddin tinggal bersama bujangnya, Mak Base, Kira-kira 30 tahun yang lalu, ayahnya punya perkara dengan Datuk Mantari Labih mamaknya, soal warisan. Dalam suatu pertengkaran Datuk Mantari terbunuh. Pendekar Sutan kemudian dibuang ke Cilacap selama 15 tahun. Setelah selesai masa hukumannya, ia dikirim ke Bugis untuk menumpas pemberontakan yang melawan Belanda. Di sanalah Pendekar Sutan bertemu dengan Daeng Habibah. Untuk mencari keluarga ayahnya, Zainuddin pergi ke desa Batipuh di Padang. Di Padang ia tinggal di rumah saudara ayahnya, Made Jamilah. Sebagai seorang pemuda yang datang dari Makasar, ia merasa asing di Padang. Apalagi tanggapan saudara-saudaranya demikian. Demikian pula ketika ia dapat berkenalan dengan Hajati karena meminjamkan payungnya pada gadis itu. Hubungan antara Zainuddin dan Hajati makin hari tersiar ke seluruh dusun dan Zainuddin tetap dianggap orang asing bagi keluarga Hajati maupun orang-orang di menjaga nama baik kedua orang muda dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh meninggalkan Batipuh oleh mamak Hajati. Dengan berat hati Zainuddin meninggalkan Batipuh menuju Padang Panjang. Di tengah jalan Hajati menemuinya dan mengatakan bahwa cintanya hanya untuk Zainuddin. Zainuddin menerima kabar bahwa Hajati akan pergi ke Padang Panjang untuk melihat pacuan kuda atas undangan sahabat Hajati yang bemama Chadidjah. Zainuddin hanya dapat bertemu pandang di tempat itu karena bersama orang banyak ia terusir dari pagar tribune. Pertemuan yang sekejap itu membuat Hajati mendapat ejekan dari Chadidjah. Chadidjah sendiri sebenamya bermaksud menjodohkan Hajati dengan Aziz, kakak Chadidjah sendiri. Karena merasa cukup mempunyai kekayaan warisan dari orang tuanya setelah Mak Base meninggal, Zainuddin mengirim surat lamaran pada Hajati. Temyata surat Zainuddin bersamaan dengan lamaran Aziz. Setelah diminta untuk memilih, Hajati memutuskan memilih Aziz sebagai calon suaminya. Zainuddin kemudian sakit selama dua bulan karena Hajati menolaknya. Atas bantuan dan nasehat Muluk, anak induk semangnya, Zainuddin dapat merubah pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke nama samaran “Z”, Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya. la mendirikan perkumpulan tonil “Andalas”, dan kehidupannya telah berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku. Karena pekeriaan Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hajati pun mengikuti suaminya. Suatu kali, Hajati mendapat sebuah undangan dari perkumpulan sandiwara yang dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau “Z”. Karena ajakan Hajati Aziz bersedia menonton pertunjukkan itu. Di akhir pertunjukan baru mereka ketahui bahwa Tuan Shabir atau “Z”adalah Zainuddin. Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin dengan Aziz. Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya bekerja karena hutang yang menumpuk dan harus meninggalkan rumah sewanya karena sudah tiga bulan tidak membayar, bahkan barang-barangnya disita untuk melunasi hutang. Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang tidak baik. la sering keluar malam bersama perempuan jalang, berjudi, mabuk-mabukan, serta tak lagi menaruh cinta pada Hajati. Akibatnya, setelah mereka tidak berumah lagi. Mereka terpaksa menumpang di rumah Zainuddin. Di Surabaya inilah Zainudin bertemu dengan Hayati yang diantar oleh suaminya sendiri Azis, untuk dititipkan kepadanya, kemudian Azis mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Rasa cinta Zainudin pada Hayati sebenarnya masih membara, akan tetapi mengingat Hayati itu sudah bersuami, cinta yang masih menyala itu berusaha untuk dipadamkan, kemudian Hayati dibiayai untuk pulang ke nasib malang menimpa Hayati, dalam perjalanan pulang ke Batipun itu, kapal Van Der Wijck yang ditumpanginya tenggelam. Hayati meninggal dunia di rumah sakit di Cirebon. Di saat-saat akhir hayatnya, Hayati masih sempat mendengar dan melihat bahwa sebenarnya Zainudin masih sangat mencintainya, namun semua itu sudah terlambat. Tidak berselang lama, Zainudin menyusul Hayati ke alam baka, dan jenazah Zainudin dimakamkan persis di samping makan mantan kekasihnya, Hayati. Unsur- unsur Intrinsik Novel Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendiskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Analisis strukturalnya sebagai berikut Tema Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ini tentang kasih tak sampai. Sangat kental dengan budaya Minang yang sangat patuh akan peraturan adat. Adapula penggalan ceritanya “…….apa yang dikerjakannya, padahal cinta adalah sebagai kemudi dari bahtera kehidupan. Sekarang kemudi itu dicabut, kemana dia hendak berlabuh, teroleng terhempas kian kemari, daratan tak nampak, pulau kelihatan. Demikianlah nasib anak muda yang maksudnya tiada sampai 1986123. Alur/plot Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan alur maju mundur, karena menceritakan hal-hal yang sudah lampau atau masa lalu dan kembali lagi membahas hal yang nyata atau kembali ke cerita baru dan berlanjut. Ada lima tingkatan alur yakni Penyituasian Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, memberikan informasi awal dan lain-lain. Berikut ini merupakan tahap awal dari roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka yang berkaitan dengan tahap penyituasaian. “Di tepi pantai, di antara kampong Bara dan kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Makasar, yang salah satu jendelanya menghadap ke laut. Di sanalah seorang anak muda yang berusia kira-kira 19 tahun duduk termenung seorang diri menghadapkan mukanya ke laut. Meskipun matanya terpentang lebar, meskipun begitu asyik dia memperhatikan keindahan alam di lautan Makasar, rupanya pikiranya telah melayang jauh sekali, ke balik yang tak tampak di mata, dari lautan dunia pindah ke lautan khayal 198610. Konflik Tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Kejadian dan konflik yang dialami tokoh Hayati dan Zainuddin dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka bisa dilihat dari penggalan cerita berikut ini “Sesungguhnya persahabatan yang rapat dan jujur diantara kedua orang muda itu, kian lama kian tersiarkan dalam dudun kecil itu. Di dusen belumlah orang dapat memendang kejadian ini dengan penyelidikan yang seksama dan adil. Orang belum kenal percintaan suci yang terdengar sekarang, yang pindah dari mulut ke mulut, ialah bahwa Hayati, kemenakan Dt……..telah ber “intaian” bermain mata, berkirim-kirim surat dengan anak orang Makasar itu. Gunjing, bisik dan desus perkataan yang tak berujung pangkal, pun ratalah dan pindah dari satu mulut ke mulut yang lain, jadi pembicaran dalam kalangan anak muda-muda yang duduk di pelatar lepau petang hari. Hingga akhirnya telah menjadi rahasia umum. Orang-orang perempuan berbisik-bisik di pancuran tempat mandi, kelak bila kelihatan Hayati mandi di sana, mereka pun berbisik dan mendaham, sambil melihat kepadanya dengan sudut muda yang masih belum kawin dalam kampung sangat naik mereka adalah perbuatan demikian merendahkan derajat mereka seakan -akan kampung tak terutama sekali yang dihinakan orang adalah persukuan Hayati, terutama mamaknya sendiri Dt…yang dikatakan buta saja matanya melihat kemenakannya membuat malu, melangkahi kepala ninik –mamak. 198657 Tahap Peningkatan Konflik Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Tahap peningkatan konflik dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terjadi ketika Zainuddin dan Aziz sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati, dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Aziz yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang pemuda yang kaya raya itu, sedangkan lamaran Zainudin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan orang miskin. Hal ini bisa terlihat dari penggalan cerita berikut ini ”Kalam dia tertolak lantaran dia tidak ber-uang maka ada tersedia uang yang dapat dipergunakan untuk menghadapi gelombang kehidupan sebagai seorang mahluk yang tawakkal.” 1986118 Klimaks Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka, tahap klimaks terjadi ketika Aziz meminta supaya Zainuddin menikahi Hayati. Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, Zainuddin menolak permintaan Aziz. Bahkan Zainuddin memulamgkan Hayati ke kampung halamannya dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck. Hal ini bisa dilihat pada pernyataan berikut “Bila terjadi akan itu, terus dia berkata “Tidak Hayati ! kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkan saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Janganlah hendak ditumpang hidup saya , orang tak tentu asal ….Negeri Minangkabau beradat !.....Besok hari senin, ada Kapal berangkat dari Surabaya ke Tanjung Periuk, akan terus ke Padang! Kau boleh menumpang dengan kapal itu, ke kampungmu”. 198619 Penyelesaian Tahap penyelasaian dalam Roman Tenggelamya Kapal Van Der Wijck karya Hamka ketika Zainuddin mendapat kabar bahwa Kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, sedangkan Hayati dirawat di Rumah Sakit Tuban. Dengan diterima Muluk sahabatnya Zainuddin menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Rupanya pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan hingga Zainuddin jatuh sakit dan meninggal dunia. Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hayati. Penokohan/ Perwatakan Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka terdapat beberapa karakter di antaranya Karakter utama mayor karakter, protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang palaing banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh karakter utama yang ada dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Zainuddin, yang memiliki sopan santun dan kebaikan pada semua orang. Sedangkan yang lainnya yang menjadi tokoh protagonisnya adalah tokoh Hayati yang menjadi kekasih Zainuddin. Penggalan cerita yang menunjukkan Zainuddin adalah karakter yang baik adalah “Zainuddin seorang yang terdidik lemah lembut, didikan ahli seni, ahli sya’ir, yang lebih suka mengalah untuk kepentingan orang lain”. 1986 27 Karakter pendukung minor karakter, antagonis sosok tokoh antagonis dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka adalah tokoh Aziz, karena tokoh Aziz di sini mempunyai sikap yang kasar dan sering menyakiti istrinya, dan tidak mempunyai tanggung jawab dalam keluarga dan selalu berbuat kejahatan karena sering main judi dan main perempuan. “…..ketika akan meninggalakan rumah itu masih sempat juga Aziz menikamkan kata-kata yang tajam ke sudut hati Hayati…..sial”. 1811986 Karakter pelengkap adalah Muluk dan Mak Base karena keduanya adalah sosok yang bijak dan selalu berada di samping tokoh utama untuk memberi nasehat dan sangat setia menemani tokoh utama sampai akhir cerita Setting/latar Latar dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka berlatar di Mengkasar “Di waktu senja demikian, kota Mengkasar kelihatan hidup hal. 3” Padang Panjang” Bilamana Zainuddin sampai ke Padang Panjang , negeri yang ditujunya, telah di teruskannya ke dusun Batipuh karena menurut keterangan orang setempat, di sanalah negeri ayahnya yang asli hal. 20” Surabaya “ Diberanda subuah rumah makan yang ramai dalam kota Surabaya, sehabis waktu magrib duduklah Zainuddin seorang dirinya hal. 174” Sudut Pandang Pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan sudut pandang orang ketiga tunggal karena menyebutkan dan menceritakan secara langsung karakter pelakunya secara gamblang. Penggalan cerita pada roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka sebagai berikut “Mula-mula datang, sangatlah gembira hati Zainuddin telah sampai ke negeri yang selama ini jadi kenang-kenagannya.”1986 26 Gaya Bahasa Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka menggunakan kalimat yang sangat kompleks karena menggunakan bahasa melayu yang baku. Seperti dalam penggalan cerita berikut ini “Lepaskan Mak, jangan bermenung juga,” bagaimana Mamak tidak akan bermenung, bagaimana hati mamak tidak akan berat………..” 1986 22 Amanat Dalam roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung nilai moral yang tinggi ini terlihat dari para tokoh yang ada seperti Zainuddin. Hal tersebut bisa kita lihat dari panggilan cerita berikut ini “Demikian penghabisan kehidupan orang besar itu. Seorang di antara Pembina yang menegakkan batu pertama dari kemuliaan bangsanya; yang hidup didesak dan dilamun oleh cinta. Dan sampai matipun dalam penuh cinta. Tetapi sungguhpun dia meninggal namun riwayat tanah air tidaklah akan dapat melupakan namanya dan tidaklah akan sanggup menghilangkan jasanya. Karena demikian nasib tiap-tiap orang yang bercita-cita tinggi kesenangannya buat orang lain. Buat dirinya sendiri tidak”. 1986223 Biografi Pengarang HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau lahir di Molek, Meninjau, Sumatra Barat, Indonesia pada tanggal 17 Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh Abdul Karim bin Amrullah Haji Rasul. Ketika Hamka berumur 10 tahun ayahnya membangun Thawalib Sumatra di Padang Panjang. Di sana Hamka belajar tentang ilmu agama dan bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada ayahnya, Hamka juga belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti Syeh Ibrahim Musa, Syeh Ahmad Rasyid, Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo. Pada tahun 1927 Hamka menjadi guru agama di Perkebunan Tinggi Medan dan Padang Panjang tahun 1929. tahun 1957-1958 Hamka sebagai dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Padang Panjang. Hamka tertarik pada beberapa ilmu pengetahuan seperti sastra, sejarah, sosiologi, dan politik. Pada tahun 1928 Hamka menjadi ketua Muhammadiyah di Padang Panjang. Tahun 1929 beliau membangun “Pusat Latihan Pendakwah Muhammadiyah” dua tahun kemudian menjadi ketua Muhammadiyah di Sumatra Barat dan Pada 26 juli 1957 beliau menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia. Hamka sudah menulis beberapa buku seperti Tafsir Al-Azhar 5 jilid dan novel seperti; Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah, Merantau Ke Deli, Di dalam Lembah Kehidupan dan sebagainya. Hamka memperoleh Doctor Honoris Causa dari Universitas Al- Azhar 1958, Doctor Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia 1974 dan pada 24 juli 1981 Hamka meninggal dunia. BAB III PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data tentang roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Struktur roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam roman ini menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik. 2. Unsur religiusitas roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung aspek aqidah, syariah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke dalam roman ini Saran Hendaknya dalam menjalani hidup dan kisah percintaan tidak selalu terikat oleh adat yang sangat ketat, yang menyebabkan hubungan antara dua orang yang saling mengasihi terpisah oleh karena masalah adat. Dan bagi orang tua hendaknya tidak memaksakan kehendak terhadap anak- anaknya agar menuruti perintahnya untuk menjodohkan dia dengan pilihan orang tua tersebut. Karena anak juga dapat memilih jalan hidup yang menurut dia itu adalah hal yang terbaik sebagai pilihan hidupnya kelak. . Through his literary work in the form of a novel, Buya Hamka contributed to advancing the education in Indonesia by contributing to his critical thoughts in the novel entitled “The Singking of Van Der Wijck”. The Researcher wants to carry out this research to find out and analyze what character education is contained in the novel “The Singking of Van Der Wijck”. The research method used in this research is descriptive qualitative method, which aims to describe, summarize, phenomena, and situations of social reality that occur in society. Through this method the researcher tries to observe and understand the object of research with the aim and obtaining the meaning of each words, text, sentence and paragraph. The result of this study indicate that Buya Hamka has succeeded in contributing knowledge intelligently and critically inserted into every word, text, sentence and paragraph contained in the novel “The Singking of Van Der Wijck”. It makes the readers have a devout and pious personality and know the values of character education, especially the educational values of teaching Islamic Religious Education. Abstrak. Melalui karya sastra yang berbentuk novel, Buya Hamka, turut berkontribusi dalam memajukan bidang pendidikan di Indonesia. Dengan turut membantu menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritisnya dalam novel yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Maka dari itu peneliti ingin mengangkat penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pendidikan karakter apa saja yang terkandung dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan, fenomena dan situasi realita sosial yang terjadi di masyarakat. Melalui metode ini peneliti berusaha mengamati dan memahami objek penelitian dengan tujuan untuk memperoleh dan mendapatkan makna, arti dari setiap kata, teks, kalimat dan paragraf. Hasil penelitian ini menunjukan bahwasannya, Buya Hamka berhasil memberikan sumbangsih ilmu-ilmu pengetahuan yang dengan cerdas dan kritis disisipkan kedalam setiap kata, teks, kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Sehingga menjadikan pembacanya memiliki pribadi yang taat dan bertakwa serta mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter terutama nilai-nilai pendidikan pada ajaran agama Islam. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this AlifuddinAlhamuddin AlhamuddinNurjannah NurjannahThis article provided an anlytical description of the Muhammadiyah philanthropic movement to the Bajo community in Wakatobi. There were three important points hacked in this study, namely 1. Why did Muhammadiyah choose the domain of education for its philatropical movement in the Bajo community? 2. what was the pattern of Muhammadiyah's educational philanthropic movement in the Bajo community? 3. what was the Bajo community's response to the Muhammadiyah-based pure Islamic education philanthropy movement? Data collection was done through in-depth interviews, observation and documentation. Analyzing data used hermeneutic phenomenology approach. The results showed that the choice of moving in the realm of education by the local Muhammadiyah community was due to the essence of the education movement as a fulcrum for determining the quality of human resources, on the other hand expensive quality education services made most Bajo children to choose to go to sea rather than go to school. The choice of educational philanthrophy by Muhammadiyah was also due to the psycho-social reality of local children who were suspected of "experiencing" an inferiority complex when they interacted with the mainland children's community. The philanthropic movement pattern implemented by the local Muhammadiyah community was based on the philanthropic social movement, namely to form awareness of the local community about the urgency of education for future life continuity by relying on a belief system or religious basis. The smart work of the Muhammadiyah community combined with the positive action approach made the pure Islamic idea could be transformed into the Bajo cultural space through education and teaching in a natural humanistic manner, without causing controversy. Keywords Educational Philanthrophy, Bajo Community, Educational Philanthrophy Movement Alhamuddin AlhamuddinThis study aims to examine how to instruction design to optimize the potential of learners. The result of study showed that the design instruction to optimize the learners needs to do several steps, namely 1 multiple intelligences research; 2 mapping class based on learning style. Furthermore, teachers prepare learning design based on both aspects. Teacher consultation with the supervisor in preparing instructional design based on multiple intelligences, in consultation teacher discusses basic competencies to be taught and strategies in accordance with the tendency of learners in the classroom. The next phase is the observation supervisor in the classroom and the last step is the confirmation. Based on the results of this study, the researchers recommend to teachers to always pay attention and develop the potential that exists within the self-learners early on. Intelligence is not just limited to the intelligence of mathematical logic and language, but also kinesthetic, music, interpersonal, intrapersonal, spatial, and naturalistic intelligence. Pendahuluan Pendidikan dasar merupakan cikal bakal pendidikan yang akan banyak menentukan kualitas pendidikan pada jenjang berikutnya. Keberhasilan menangani masalah pendidikan dasar merupakan langkah strategis untuk membenahi sistem pendidikan pada level selanjutnya dan pada giliranya akan menyentuh sistem pendidikan nasional. Mengingat perannya yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar, memerlukan perhatian yang serius. Dekade 1980an, Gardner merumuskan konsep kecerdasan dari hanya terbatas pada yang cerdas logika matematika dan bahasa menjadi musik, kinestetis, intrapersonal, interpersonal, spasial, dan naturalistik. Adanya pengakuan dan penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan individu, tentu akan membawa konsekuensi lebih lanjut, yaitu bahwa pendidikan harus memperhatikan perbedaan-perbedaan dan mengembangkan sejauh mungkin apa yang dimiliki anak itu. Dengan Alhamuddin AlhamuddinThis study aims to describe the curriculum development at elementary school in Russian and Indonesia. This study shows that there are many differences between both countries. Curriculum structure of the basic education in the Russian State has more hours per week than Indonesia's does, but in a year of study time in Russia is shorter than in Indonesia is. Assessment System in Russia learning outcomes serve as the basis of the information to determine the competence of which has been obtained by the learners, not as a measure for grouping students into groups. It is not much different in Indonesia. Pendahuluan Secara umum, hakekat pendidikan diartikan sebagai upaya mengembangkan kualitas pribadi manusia dan membangun karakter bangsa yang dilandasi oleh nilai-nilai agama, filsafat, psikologi, sosial budaya, dan iptek yang bermuara pada pembentukan pribadi manusia bermoral dan berakhlak mulia dan berbudi luhur. Pendidikan diartikan juga sebagai upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia SDM yang memiliki idealisme nasional dan keunggulan profesional,serta kompetensi yang dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan Negara. Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan tersebut, suatu bangsa mampu mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap, agama dan ciri-ciri watak khusus yang dimilikinya dengan cara tertentu kepada generasi penerus, agar nantinya, mereka dapat mewariskannya dengan sebaik-baiknya. Melalui sitem pendidikan itu, suatu bangsa dapat memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur, serta keunggulan-keunggulan mereka dari generasi ke generasi. Sejalan dengan tumbuhnya ilmu-ilmu sosial pada akhir abad 19 yang dalam perkembangan pesatnya kemudian tertuju perhatiannya pada pengakuan adanya hubungan yang dinamis antara pendidikan dengan masyarakat atau negara tertentu. Pendidikan dipandang sebagai cerminan dari suatu masyarakat atau bangsa, dan sebaliknya suatu masyarakat atau bangsa dibentuk oleh sistem pendidikannya. Alhamuddin Alhamuddinp>This paper is an academic effort to explain some aspects of the concept of Islamic education thought Syaikh Abd al-Samad Palimbani 1714-1782 M. As a descriptive qualitative study, the main data in this study were obtained from a number of his works, especially from kitab Hidayah al-Sālikin . It’s contrast to the others previous scholars’ contemporaries, Hidayah al-Sālikin is unique work of Abd Shamad, especially in his approach. In these works Abd Shamad attempted to explain jurisprudent aspects using Sufism approach. This research analyses some aspects of Abd Shamad’s concept of Islamic education thoughts. According to him, Islamic education aims are to produce a good human being and to achieve happiness by getting close to God. Based on the conducted research, some recommendations for further researcher, it is suggested to investigate this issue more specifically and comprehensively.

analisis novel tenggelamnya kapal van der wijck